Bagaimana cara yang tepat menentukan tanggal dan gedung pernikahan?
Untuk pasangan yang sudah menjalin hubungan cukup lama dan sudah mendiskusikan pernikahan mungkin akan lebih mudah. Tentunya perencanaan nikah sudah dilakukan minimal 1 tahun sebelumnya. Apalagi kalau kamu menganut adat Jawa, ada perhitungan tanggal baik yang harus dipenuhi.
Lain halnya dengan pasangan yang baru menjalin hubungan. Contohnya aku dan Anggi. Meski kami saling mengenal dan berteman dari tahun 2015, tapi aku dan Anggi baru mulai dekat di akhir Maret 2019. Aku pun ga ada niat cari pacar lagi, Anggi juga nggak. Akhirnya pada April 2019 kami memutuskan ga perlu pacaran tapi langsung nikah dengan syarat "Sebelum aku berumur 26 dan setelah Anggi 26". Tercetuslah dari kami berdua untuk di awal tahun 2020.
Tapi rencana nikah ini secara formal baru disampaikan saat Lebaran, bulan Juni 2019. Saat ini Anggi dan Mamah datang ke rumah dan menyampaikan niat baiknya. Kami ga ada perhitungan tanggal baik secara adat, buat keluarga kami semua tanggal sama baiknya karena niat kami juga baik yaitu untuk melaksanakan pernikahan.
Setelah liat-liat tanggalan dan kalender akhirnya dipilih tanggal cantik di tahun 2020. Tanggal cantik pasti jadi rebutan banyak orang. Selain itu, karena waktunya tidak lama lagi, akhirnya di minggu yang sama aku dan keluarga segera melakukan survei gedung.
- Permasalahan milih gedung ini agak rumit karena pilihan kami terbatas. Harus di tengah antara Klender dan Kebayoran Lama. Jadi yang ideal sebenarnya di area sekitar kuningan -
Awalnya, kami mengunjungi Aula Perpustakaan Nasional. Tapi aku secara pribadi kurang sreg. Sebenarnya bagus tapi ga suka aja (selera). *maaf ya ga sempet foto
Lanjut ga jauh dari sana, kami ke gedung Depsos, Salemba. Mamaku suka banget sama gedung ini. Ceiling tinggi, sehingga gedungnya terlihat luas, dan interiornya juga bagus. Sayangnya, gedung ini udah full book sampai bulan Mei 2020. Aku? Ga mau mundur, kalo bisa maju ya gapapa. Bahkan kami sampe cek jadwal September-Desember 2019 pun ga ada yang kosong. Kata penjaga gedungnya "Ini semua baru di book, belum di DP. Kalau bapak/ibu mau harus sering-sering telpon dan cek, siapa tau ada yang cancel".
Fifty-fifty ya? Kabar baik: berarti masih ada peluang. Kabar buruk: masa doain orang cancel nikah? Akhirnya daripada ga pasti, kami pun memutuskan untuk cari gedung lain aja.
Ruang VIP Depsos
Aula Depsos
Aula Depsos
Dari Depsos, lanjut ke Gedung Manggala Wanabakti. Gedung ini sebenarnya bukan target kami, tapi kata mama dan papa gapapa liat dulu aja. Hasil surveynya adalah catering yang masuk ke gedung ini kena charge lebih mahal (1 porsi sekitar 125ribu). Jika ingin memakai Auditorium, harus punya undangan minimal 700 - 750 undangan. Jika kurang dari itu, ruangan akan terlihat sepi.
Selain auditorium, Gedung Manggala juga punya ruang Rimbawan 2 yang lebih kecil tapi masih berkapasitas 1000 orang atau 500 undangan. Tapi posisi ruangannya kurang strategis dan banyak sekat + ruangannya berbelok. Jadi terlihat kurang lapang. Nilai plusnya ruangan outdoor juga bisa digunakan. Harga gedung? 17-20 jutaan.
Selain auditorium, Gedung Manggala juga punya ruang Rimbawan 2 yang lebih kecil tapi masih berkapasitas 1000 orang atau 500 undangan. Tapi posisi ruangannya kurang strategis dan banyak sekat + ruangannya berbelok. Jadi terlihat kurang lapang. Nilai plusnya ruangan outdoor juga bisa digunakan. Harga gedung? 17-20 jutaan.
Auditorium
Rimbawan 1
Rimbawan 1
Area outdoor Rimbawan 1
Lanjut ke Aula Masjid Baiturrahman MPR. Kesan pertama: Cat luarnya hijau, cat dalamnya pink. Waw, ga matching. Hahaha. Untungnya di weekend penjaga gedung libur dan saat itu ga ada acara. Aku ga tertarik juga sih, ga sreg. Fyi, temen kantorku ada yang nikah di sini, biaya gedungnya sekitar 10 juta.
Lanjut ke Gedung Dharma Wanita Kuningan. Parkiran sempit, jadi harus parkir di area pinggir jalan yang memang disediakan untuk parkir. Masuk ke gedung harus naik anak tangga yang cukup tinggi (kasian kalau orang tua). Gedungnya luas & ceiling tinggi. Aku pernah datang ke acara nikahan teman saat malam, terlihat bagus dan mewah tapi saat survei siang hari (kebetulan ada acara nikahan), kok jadi keliatan biasa aja dan kurang wah ya? Mama ku pun kurang suka dengan gedung ini. Biaya sewa gedung: 12,5 - 15 juta.
Lanjut ke YTKI Gatot Subroto. Pas liat foto di internet terlihat luas dan bagus. Kebetulan aku datang pas udah sore dan lagi mau ada nikahan malam. Aku dan mama boleh liat ke ruangan atas karena acaranya juga belum mulai. Pas naik dengan eskalator tengah, ekspektasiku drop aja sih. Kok keliatannya kecil ya? Full karpet tapi kurang menarik sih menurutku dan mama. Untuk biaya gedungnya sendiri sekitar 20 juta.
Lanjut ke YTKI Gatot Subroto. Pas liat foto di internet terlihat luas dan bagus. Kebetulan aku datang pas udah sore dan lagi mau ada nikahan malam. Aku dan mama boleh liat ke ruangan atas karena acaranya juga belum mulai. Pas naik dengan eskalator tengah, ekspektasiku drop aja sih. Kok keliatannya kecil ya? Full karpet tapi kurang menarik sih menurutku dan mama. Untuk biaya gedungnya sendiri sekitar 20 juta.
YTKI
YTKI
Sisi luar yang juga digunakan untuk Gubukan dan Buffe
Karena udah terlalu sore, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi aula Kemenaker RI (dulu sebutannya Depnaker) Gatot Subroto. Gedung ini adalah tempat nikahan kakakku (Mas Cae) pada tahun 2016 lalu. Awalnya aku kurang suka karena harus masuk lewat samping (bukan lobby depan). Area dekor pun menjadi terbatas. Ceiling pendek jadi kesannya ga lega, padahal gedungnya luas. Tapi masih tersedia tanggal yang aku mau untuk acara pagi. Akhirnya aku booking nama dulu di sana. Oh iya, biaya gedung 15-17 juta.
*contoh kalau di dekor (ambil dari review google maps)
Sayangnya, penjaga gedung hari Sabtu tidak sigap untuk melaporkan pengunjung/ daftar booking ke pihak Administrasi di Senin paginya. Alhasil, pada Senin pagi tersebut ada orang yang booking di tanggal yang sama langsung ke bagian admin dan langsung tercatat. Namaku tergeser dari tanggal yang aku booking sebelumnya. Akhirnya daripada mundur ke tanggal kabisat, lebih cepat lebih baik. Aku pilih seminggu lebih cepat.
Hikmahnya, karena aku cukup sibuk dan baru bisa ke KUA Setiabudi 26 Desember 2019, ternyata masih kebagian 1 penghulu yang kosong. Ga kebayang kalau aku menikah di tanggal cantik, bisa-bisa ga kebagian penghulu di jam yang aku mau (jam 8 pagi).
Sampai awal Januari 2020 pun masih banyak keraguan tentang gedung ini, takut sempit, takut keliatan sumpek, orang-orang jadi ga betah, dsb. Tapi Mas Cae dapat info dari mertuanya (papa mertua mas adalah orang kementerian ketenagakerjaan), katanya beberapa bulan terakhir pintu lobby depan udah bisa dibuka untuk umum dan didekor untuk acara nikah. Info ini sedikit melegakan sih. Aku pun cari-cari dan eksplor lagi dengan search "place" di Instagram. Ternyata benar, lobby depan sudah bisa digunakan untuk acara nikahan. Sehingga jadi lebih lega dan dekorasi lebih maksimal.
Begitulah kira-kira. Untuk hasilnya, teman-teman yang aku undang bisa langsung lihat dekorasi dan gedungnya di hari H ya!
Kesimpulan:
- Utamakan gedung dan tanggal karena vendor bisa mengikuti yang rekanan gedung (banyak pilihannya)
- Tapi, jika kamu menggunakan jasa full WO dan WO yang akan membantu mencari gedung yang kamu mau, silakan aja. Justru lebih mudah.
- Untuk gedung yang menjadi favorit, paling aman booking 1 tahun sebelum.
Regards,
CYNDA
Posting Komentar